Ruang Kesehatan

Suara langkah kaki yang berlari dari ujung lorong gedung Fakultas Teknik terdengar jelas. Sosok Joel muncul dari sana dan terlihat berlari tergesa-gesa menuju ruang kesehatan dimana Sahara berada.

Pintu terbuka secara tak sabaran oleh Joel. Di dalam ruangan, ada Sahara yang berbaring di ranjang ruang kesehatan dan salah satu perawat yang memang ditugaskan untuk berjaga di ruang kesehatan. Joel terlihat panik bahkan sedari tadi.

“Sahara..” Joel langsung menghampiri perawat yang berdiri tak jauh darinya kemudian bertanya banyak pertanyaan dengan cepat bak rapper. “Bu, dia ga papa, kan bu? Sahara kenapa? Dia sakit parah, kah? Tolong sembuhin Sahara saya, bu.”

“Joel berisik, anjir.”

Suara Sahara membuat Joel langsung menoleh. Dia melihat Sahara menatapnya kesal dan menggelengkan kepalanya pelan sebelum memejamkan kedua matanya kembali. Joel pun menghampirinya detik itu juga. “Ra, lo udah bangun?”

“Lo kata gue mati? Gue ngantuk, lo berisik banget ganggu tidur gue,” omel Sahara memejamkan kedua matanya dan berusaha tidur.

Hal itu membuat Joel merasa bersalah. “Maaf.”

Perawat yang melihat tingkah pasangan itu menjadi terkekeh pelan. Dia mengemasi barang-barangnya sebelum meninggalkan keduanya. “Sahara kamu cuma kurang tidur aja kok. Tadi dia udah saya kasih obat pusing dan biarin aja dia istirahat dulu.”

Joel bangkit dari duduknya dan mengantarkan kepergian perawat itu. “Makasih, bu.”

Hanya tersisa keduanya di ruang kesehatan. Sahara yang hendak tidur kembali menoleh ke arah Joel yang masih saja berdiri di samping tempat tidur yang ditempatinya. “Lo ga ada kelas?”

Bukannya menjawab, Joel malah menarik selimut Sahara dan memastikan seluruh tubuh Sahara terselimuti dengan baik. “Udah, tidur aja tidur.”

Sahara menyingkirkan tangan Joel dengan kesal. “Ya lo ga disini juga!”

“Gapapa. Gue jagain. Takut lo kenapa-napa lagi,” jawab Joel tersenyum manis dan mengambil tempat duduk di sisi tempat tidur Sahara. Sayangnya, kehadiran Joel yang menunggunya malah membuat Sahara tidak bisa tidur dengan tenang.

Momen kebersamaan mereka terganggu dengan kedatangan seseorang yang mengejutkan baik untuk Sahara maupun untuk Joel. Bahkan Sahara sampai bangun terduduk begitu menemukan mantan kekasihnya, Nathan Andika, masuk ke ruang kesehatan dengan panik. Untuk beberapa saat, ketiganya sama-sama terkejut dan terdiam.

“Eh, Dik!” sapa Joel menyapa Nathan terlebih dahulu. Dia melirik Sahara sekilas sebelum kembali bertanya pada teman tongkrongannya itu. “Ngapain lo disini?”

“Gue denger Sahara pingsan, jadi gue langsung kesini,” jawab Nathan dengan pandangan yang tertuju pada Sahara, tidak pada lawan bicaranya, Joel. Sahara membuang wajahnya, malas bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

Karena Sahara tidak kunjung bersuara, akhirnya Joel mau tak mau menjawabnya. “Dia gapapa kok. Cuma kurang tidur aja karena lembur ngerjain tugas. Maklum lah ya, tugasnya anak teknik kan ga ada yang manusiawi, ya gak Ra?” Joel menoleh ke arah Sahara.

Sahara tidak menjawabnya. Dia malah beranjak turun dari tempat tidur dan berbicara dengan Joel. “Gue mau tidur di rumah aja. Anterin pulang, buru.” Dia langsung bergegas pergi begitu saja, melewati Nathan seperti tidak ada orang disana.

Joel kebingungan di buatnya. “Loh? Ra? Sahara?” Terpaksa dia berpamitan pada Nathan sebelum menyusul Sahara yang sudah mendahuluinya. “Gue duluan ya, Dik.”

“Tungguin dong, Ra!” teriak Joel berlari mengejar Sahara yang sudah keluar dari ruang kesehatan.

Untungnya, jarak Sahara tidaklah jauh dan gadis itu tidak berjalan dengan cepat, sehingga Joel bisa menyusulnya dengan mudah. Setelah berhasil menyusul dan berjalan beriringan dengan Sahara, Joel menoleh ke arah gadis itu. “Lo kenal Dika?”

“Bukan siapa-siapa,” jawab Sahara tampak tak begitu memedulikannya.

Sayangnya Joel tidak kunjung berhenti menanyakan perihal Nathan. Dia kembali bertanya dengan kening yang berkerut. “Kalo bukan siapa-siapa, kok dia keliatan panik banget waktu lo pingsan?”

Tiba-tiba Sahara menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badannya supaya berhadapan dengan Joel dan melempar pertanyaan itu padanya. “Lo sendiri kenapa panik waktu tahu gue pingsan? Padahal lo juga bukan siapa-siapa gue kan?”

Mendengar ucapan tajam Sahara membuat Joel langsung memegang dadanya. Raut wajahnya terlihat kesakitan yang sengaja dibuat-buat dan berbicara penuh drama pada gadis itu. “Sakit hati gue, Ra. Lo tega banget.”

Sahara memutar kedua bola matanya malas meladeni Joel. “Terserah,” sahutnya yang kemudian jalan begitu saja meninggalkan Joel yang masih berakting dramatis.

Kepergian Sahara membuat Joel bergegas berlari dan menyusulnya. Sahara dikejutkan dengan Joel yang tiba-tiba memeluk lengannya. Dia berusaha melepaskan tangannya dengan kasar seraya mengomelinya. “Lo ngapain si, El?!”

“Takut lo pingsan lagi, jadi harus gue pegangin,” jawab Joel. Semakin Sahara berusaha melepaskan tangannya, Joel tak mau kalah dan semakin mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu.

Tentu saja hal itu membuat Sahara kesal dan menggeram marah. “Ih!”

Bahkan setelah berhasil membuat Sahara marah, Joel belum mau berhenti, yang ada dia malah semakin bertingkah. “Apa gue gendong aja?” tawar Joel dengan muka polosnya.

“Gue masih bisa jalan anjir!” teriak Sahara semakin kesal.

“Gapapa, gue gendong aja, Ra.” Joel berhenti di depan Sahara dan membungkukkan tubuhnya agar Sahara bisa naik ke punggungnya. Tak lupa, dia menarik tangan Sahara, mendesaknya untuk menaik ke punggung lebarnya itu.

“Ogah!!” Sahara yang sudah benar-benar kesal itu kembali bergegas meninggalkan Joel.

Joel harus kembali berlari untuk menyusul gadis itu. “Ra, tungguin gue! Sahara!”

Dari belakang terlihat Joel yang terus membujuk Sahara dan membuat gadis itu kesal. Sayangnya, meskipun Joel selalu membuatnya kesal, Sahara tak bisa menjauhinya. Mereka terus berjalan beriringan tanpa mengetahui bahwa Nathan memperhatikan keduanya dari depan pintu ruang kesehatan.

“Joel.. Jadi dia yang bikin lo berpaling dari gue, Ra?”

[]