Penyesalan

tw // violence ; cw // kissing

Area balap milik Kelvin dipenuhi dengan banyak orang. Banyak dari mereka datang untuk menonton balapan yang akan diselenggerakan malam ini. Sekitar lima pembalap sudah beraksi dengan motor mereka di sirkuit termasuk Harel.

Sejujurnya, Harel sudah dilarang mengikuti balapan malam ini oleh Joel dikarenakan permasalahannya dengan Kazzaya. Bahkan sejak datang, mood Harel sudah hancur. Ia sedang berada di mode senggol bacok, kata Joel.

Joel hanya khawatir Harel terlalu emosi dalam mengendarai motornya dan berakhir terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan. Namun Joel berusaha mempercayai sahabatnya itu, ia berharap Harel akan baik-baik saja.

Di tengah balapan, Kazzaya datang. Kelvin yang mengenal Kazzaya langsung menyuruh Kazzaya untuk menunggu Harel di ruang VIP, sayangnya gadis itu malah mengotot ingin melihat Harel balapan di pinggir sirkuit.

Seperti yang dikatakan Dean, area balap benar-benar dipenuhi oleh para lelaki dengan pakaian dan penampilan yang menyeramkan, bagi Kazzaya. Tak sedikit dari mereka penuh tato di tubuh mereka, belum lagi merokok dan minum alkohol.

Kelvin tak mau Harel menghajarnya jika meninggalkan Kazzaya sendirian di tengah tempat asing bagi gadis itu, jadi dia menemaninya. “Lo lagi ada masalah ya sama Harel?” tanya Kelvin membuka pembicaraan dengan Kazzaya.

“Ya gitu deh. Harel keliatan marah banget ya?” tanya Kazzaya dengan raut wajah khawatir.

Kelvin mengangguk tipis. “Bener-bener kayak mau makan orang dia. Joel aja sampe ga berani sama dia. Mau dilarang balapan takut dia kebawa emosi, tapi anaknya tetep ngotot ikut, ya udah deh,” cerita Kelvin semakin membuat Kazzaya merasa bersalah.

Tak lama setelah kedatangan Kazzaya, balapan pun berakhir. Tentu saja Harel kembali menduduki posisi satu mengalahkan empat pembalap lainnya. Kemampuan Harel dalam bidang ini memang tidak perlu diragukan lagi.

Setelah menyerahkan motornya pada montir yang bekerja di bawah Kelvin, Joel memanggilnya untuk menemui kekasihnya itu yang sudah menunggu bersama Kelvin.

“Lo ngapain sih kesini?” tanya Harel begitu melihat Kazzaya berada di tempat yang tak seharusnya. Terlebih lagi, gerombolan laki-laki di samping mereka tak berhenti menatap Kazzaya dengan penuh nafsu.

“Aku mau ngomong sama kamu.” Kazzaya benar-benar merasa bersalah setelah apa yang terjadi dan bagaimana dia menyikapinya, ia merasa sikapnya hanya membuat Harel terluka.

“Ya udah. Jangan disini, di ruang atas aja.” Harel langsung meraih tangan Kazzaya dan menarik kekasihnya itu pergi.

“Harel?” Salah seorang dari gerombolan di samping mereka memanggil nama Harel. Ketika menoleh, Harel menyadari bahwa gerombolan tersebut dari pembalap yang malam ini ikut balapan dengannya. David namanya, si pembalap yang meraih posisi dua.

David melirik ke arah Kazzaya. “Cewe lo cakep juga ya? Sabi lah besok buat taruhan. Kita mau nyoba juga lah, Rel.”

“Bajingan!” Mood Harel sedang tak baik, malah mendengar perkataan tak mengenakan dari lawannya itu. Hal itu membuat emosinya langsung terpancing dan melayangkan pukulan ke wajah David.

Semua orang terkejut, terutama Kazzaya. Kelvin dan Joel sebisa mungkin menghentikan pukulan Harel. Sayangnya, David ikut emosi dan balas memukul Harel. Alhasil, pertengkaran keduanya tak bisa dihindari. Harel sampai mendorong David hingga tersungkur ke tanah. Sudah jatuh pun mereka tak kunjung berhenti saling memukul.

“Harel udah! Please!” Kazzaya berteriak dengan kedua mata yang berkaca-kaca mencoba menghentikan Harel. Dia menarik paksa lengan Harel sekuat tenaga dan menariknya menjauh dari David.

Melihat bagaimana air mata menetes dari pelupuk mata Kazzaya membuat Harel berhenti dan tak tega melihatnya. Wajahnya sudah penuh luka, namun dia malah mengkhawatirkan kekasihnya itu. “Maafin gue. Jangan nangis, Ay..” Tangannya yang kotor, bercampur tanah dan darah itu mengusap pipi Kazzaya.

Air mata Kazzaya semakin deras ketika melihat penampilan Harel yang berantakan. Wajah tampannya dipenuhi luka yang mengerikan. Ia menyentuh pipi Harel perlahan dan semakin terisak. “Maafin aku.. Maaf..” Kazzaya terus menyalahkan dirinya. Semua salahnya. Harel menjadi sangat emosi pasti karenanya.

Setelah keributan yang terjadi, Harel dan Kazzaya sudah berada di ruang VIP. Kelvin dan Joel meninggalkan mereka, membiarkan Kazzaya mengobati luka Harel sembari membicarakan masalah yang terjadi di rumah tangga mereka.

“Maafin aku.” Kalimat itu kembali terucap oleh Kazzaya bahkan setelah ia selesai mengobati luka Harel.

Mendengar Kazzaya yang terus-terusan meminta maaf membuat Harel menghela pelan. “Udah kenapa sih, Ay. Lo kenapa minta maaf mulu sih. Itu bukan salah lo.” Ia mengusap pipi Kazzaya dengan lembut.

Sayangnya, Kazzaya masih saja menyalahkan dirinya sendiri. “Engga. Semuanya salah aku. Kamu dapet hate comment dari penggemar aku juga karena aku. Kamu berantem sama orang tadi sampe luka begini juga karena aku.”

“Maaf..” Kazzaya menundukkan kepalanya, merasa bersalah pada kekasihnya itu.

Harel menghela napas pelan. Ia tak langsung menjawabnya, hanya menatap kekasihnya itu sejenak sebelum akhirnya membuka suara. “Kalo lo emang bener-bener ngerasa bersalah, jangan tinggalin gue.”

“Dengan lo ninggalin gue setelah bikin gue dihujat habis-habisan itu bukan tindakan yang bener, Ay. Yang ada lo malah bikin gue makin sakit hati.”

Kazzaya mengangkat kepalanya pelan, membalas tatapan Harel dan mengangguk pelan. “Iya. Maaf, aku terlalu egois. Aku janji ga gitu lagi.” Setelah mengatakannya, Kazzaya langsung disambut pelukan hangat oleh Harel. Keduanya berpelukan erat, setelah menemukan jalan keluar permasalahan mereka.

Pelukan mereka pun terlepas, begitu merasa keadaannya membaik. Kazzaya teringat sesuatu dan memuji kekasihnya itu. “Kamu tadi keren banget pas balapan.”

Mendapat pujian dati Kazzaya membuat sudut bibir Harel terangkat dan langsung merasa bangga dengan dirinya sendiri. “Iya dong. Pacar siapa dulu.”

“Besok-besok aku boleh nonton lagi ga? Atau ga boleh karena banyak orang-orang kayak tadi?” tanya Kazzaya sekalian meminta izin kepada Harel, takut sesuatu yang tak diinginkan seperti tadi terulang kembali.

“Gapapa. Lagipula gue bisa hajar siapapun yang gangguin lo,” jawab Harel dengan santai.

Kazzaya dapat merasakan bahwa Harel benar-benar ingin melindunginya. Ia pun mendekat dan mengecup pipi kanan Harel jika saja lelaki itu tidak menoleh di saat yang sama. Alhasil, kedua bibir mereka lah yang dipertemuan di kecupan singkat mereka.

Keduanya sama-sama terkejut. Harel sampai mematung begitu merasa bibirnya bertemu dengan bibir kekasihnya itu. Kazzaya pun menjadi salah tingkah. “Eh.. Maaf, aku tadi..”

“Tadi ga kerasa, Ay. Lagi dong.” Tiba-tiba Harel mendekat dan menagih ciuman untuk kedua kalinya.

“Harel!”

[]