Pagi yang Cerah
Udara pagi yang masih segar menyapa Sahara begitu dia membuka pintu rumahnya. Ketenangan dalam hidupnya nyaris didapatkannya jika saja tidak ada sosok lelaki yang entah sejak kapan menunggunya di depan rumah.
Sahara sampai terkejut dibuatnya. “Anjir! Kaget gue!”
Betapa mengejutkannya, ketika dia menemukan sosok Joel yang entah sejak kapan menunggu di atas motornya yang terparkir di depan rumah Sahara. Hal itu tentu saja membuat si empunya rumah mengomel. “Lo ngapain pagi-pagi udah ke rumah gue?”
Bukannya menjawab pertanyaan Sahara, Joel malah menoleh ke arah Sahara dan balik bertanya dengan tatapan sedih. “Lo kenapa ga bales chat gue, Ra? Gue ada salah sama lo?”
Jawaban Joel bagi Sahara cukup diluar dugaan hingga membuat Sahara terkejut. “Seriusan lo kesini pagi-pagi begini cuma gara-gara gue ga bales chat lo?” tanyanya menatap Joel tak habis pikir. Joel malah mengiyakannya dengan mengangguk, masih dengan wajah sedihnya.
Sahara menghela napas kasar. “Gue sibuk nugas sampe ga tidur dua hari tau ga.”
“Kok ga minta jokiin gue aja?” tanya Joel mengerutkan keningnya. Kedua matanya masih memperhatikan pergerakan gadis yang ia suka itu.
“Kalo gue minta joki mulu kapan gue pinternya, El,” decak Sahara kemudian tidak mempedulikan Joel lagi dan pergi menghampiri motornya.
“Lo ada kelas pagi?” Sahara hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Joel bahkan tanpa melihat ke arahnya. Tetapi, Joel yang sedari tadi memperhatikan Sahara menyadari sesuatu. “Tapi muka lo pucet anjir, Ra. Lo ga sakit, kan?”
“Kurang tidur paling,” jawab Sahara santai.
Sayangnya, hal itu tidak bisa dianggap sepele oleh Joel. Yang ada dia malah mengomel pada Sahara panjang lebar. “Tuh kan, kalo aja lo minta bantuan gue, lo ga bakal kurang tidur begini tau. Kalo lo tiba-tiba pingsan pas kelas gimana? Nanti yang repot banyak orang, Ra.”
Sahara berdecak kesal, menoleh ke arah Joel. “Bawel banget lo, El.”
Diomeli balik oleh Sahara berhasil membuat Joel bungkam. Dia masih memperhatikan Sahara yang pergi mengambil helmnya setelah menyalakan mesin motornya dan memanasi mesinnya sejenak. Joel kembali berusaha. “Berangkat sama gue aja, yuk.”
“Males!” jawab Sahara setengah berteriak.
Belum sempat Sahara menaiki motornya, dia tidak sengaja melihat ban motornya dan tiba-tiba berteriak pada Joel yang sedari duduk diam masih di atas motornya. “JOEL!! LO KEMPESIN BAN MOTOR GUE YA?!”
Joel ikut melihat ke arah ban motor depan Sahara yang kempes. Dia yang tidak tahu apapun itu tidak terima jika harus disalahkan. “Cantik cantik kok sukanya nuduh orang, buset. Gue kagak ngapa-ngapain padahal.”
“Terus kenapa ban motor gue kempes?!” tanya Sahara masih saja berteriak marah.
“Ya mana gue tau.” Berbeda dengan Joel yang masih dengan nada tenang, tidak terpancing emosi ataupun menaikkan suarannya seperti Sahara.
Suara teriakan Sahara itu berhasil mengundang Bi Uti, asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarga Sahara cukup lama. Dia langsung keluar dan menghampiri mereka. “Non! Non Hara!”
“Tadi Pak Udin pake motor non buat ke pasar, terus bannya kempes di jalan gara-gara kena paku. Pak Udin belum sempet bawa ke bengkel karena ga tahu Non Sahara berangkat pagi,” jawab Bi Uti menyudahi kesalahpahaman di antara Sahara dan Joel.
Sahara pun menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya dengan frustasi. Dia menoleh ke arah Joel yang menjadi satu-satunya jalan keluar dari permasalahan ini, jika Sahara tidak ingin terlambat kelas pagi.
Sedangkan itu, Joel tahu bahwa kejadian ini menjadi peluang besar untuknya. Dia masih duduk di atas motornya, jemarinya mengetuk-ketuk helmnya, menantikan tindakan yang akan diambil Sahara dengan antusias. Pandangannya tidak melihat ke arah Sahara, namun terlihat jelas dia menyembunyikan senyum girangnya dan itu terlihat menjengkelkan untuk Sahara.
“IHHH!!” Sahara menggeram kesal dan memakai helmnya dengan kasar sebelum berjalan menghampiri Joel dan motornya.
Senyum Joel yang tertahan akhirnya ditampilkan dengan lebar. “Berangkat dulu ya, Bi,” pamitnya pada Bi Uti sembari memakai helmnya.
Barulah setelah Sahara naik ke belakang motornya, Joel menjalankan motor kesayangannya itu dan berangkat bersama dengan gadis yang disukainya itu dengan hati gembira.
[]