Earphone Berdarah

Waktu hampir menunjuk pukul tengah malam. Juna masih sibuk dengan tumpukan tugas akhirnya, perlahan mulai mengantuk. Padahal ia sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sayangnya tak berdampak apapun padanya.

Juna berhenti sejenak, merenggang-kan sendi-sendi tubuhnya, yang terasa jompo. Setelah mengerjakan tugasnya hampir dua jam, ia baru teringat sesuatu. “Anjir, pantesan ga bersemangat gini. Taunya belum dengerin lagu.”

Tangan Juna pun merogoh laci mejanya dimana biasanya ia menyimpan earphone wirelessnya. Dia memakainya sepasang, di telinga kanan dan kiri. Setelah terpasang dengan benar dan terkoneksi pada ponselnya, Juna pun memilih lagu kesukaannya untuk diputar.

Lagu kesukaan Juna sekelas band-band jaman dulu, seperti Dewa 19, Sheila On 7, Mahadewa, dan lainnya. Ia sengaja memilih lagu yang berisik dan keras untuk membangkitkan semangat dan menghilangkan kantuk.

Ketika merasakan semangatnya telah kembali, Juna pun melanjutkan tugasnya, sembari sesekali ikut berguman mengalunkan lagu yang didengarnya itu. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya jam menunjuk pukul 12 malam.

Kening Juna mengernyit pelan. Tangannya yang sedari sibuk mengetik di atas keyboard laptopnya perlahan berhenti. Dia mendengar sesuatu yang aneh sehingga perlahan menoleh kesana kemari. Tidak ada siapapun di sekitarnya namun ia yakin bahwa dia mendengar suara tangisan di tengah lagu rock yang didengarnya.

Akhirnya, Juna mematikan lagunya sejenak dan melepas earphonenya. Juna semakin kebingungan ketika tak lagi mendengar suara tangisan itu, namun begitu Juna memasang kembali earphonenya dan mendengarkan lagu lagi, suara tangisan itu kembali muncul.

Anjir.. Apaan sih..” guman Juna merasakan bulu kuduknya mulai merinding.

Juna berusaha mengacuhkannya. Ia mencoba mengabaikan hal itu dan kembali fokus mengerjakan tugasnya, mengingat deadline semakin mepet namun Juna belum menyelesaikannya. Hingga akhirnya, Juna tak mendengar suara tangisan itu lagi.

Tak lama setelah suara tangisan itu menghilang, tiba-tiba saja lagunya berhenti dengan sendirinya di tengah jalan. Juna berdecak pelan dan memutarnya kembali. Belum ada hitungan detik, lagunya kembali mati dan itu terjadi beberapa kali sehingga Juna merasa kesal.

“Anjing! Ini Spotify gue kenapa sih? Perasaan kagak beli yang ilegal,” decak Juna kesal.

Hingga secara mengejutkan, suara teriakan dan tangisan yang mengerikan terdengar dari dalam earphonenya. Hal itu membuat Juna terkejut dan langsung terjungkal ke belakang, terjatuh dari kursinya.

Ia segera melepas earphone tersebut dari kedua telinganya dan membuangnya asal, menjauh darinya. Teriakan serta tangisan itu pernah didengarnya. Benar, Juna ingat betul itu. Itu sama persis dengan yang didengar di dalam mimpinya semalam.

Juna menemukan wadah earphone yang ikut terjatuh dan ia baru menyadari ada sesuatu di sana. Dengan tangan yang gemetar dan merinding ketakutan, Juna mengambil wadah earphone untuk melihatnya lebih jelas.

“ANJING!!!” Juna berteriak dan berlari terbirit-birit keluar kamar indekosnya setelah melempar wadah earphonenya. Ia berlari keluar begitu saja dengan mengenakan pakaian seadannya dan sandal rumahnya, hanya membawa ponselnya.

Rupanya, Juna baru menemukan bercak darah di wadah earphonenya dan menyadari bahwa earphone tersebut bukanlah miliknya. Lalu milik siapa?

[]